Saya dulu suka mengolok-olok agama lain. “Tuhan kok tiga. Tuhan kok beranak. Tuhan kok bisa disalib. Tuhan kok cuma koloran.” Lalu saya diolok balik. “Ibadah kok keliling bangunan hitam. Batu kok dicium-cium.” Jadinya marah. Saya juga marah ketika nabi saya disebut perampok lembah Badar, tukang kawin, dan penyuka anak-anak (pedofil). Kemudian saya sadar, mengolok-olok itu hanya menghasilkan itu. Karenanya bahkan Quran sendiri melarangnya.
Debat soal Injil vs Quran, Islam vs Kristen sudah berlangsung berabad-abad di berbagai tempat. Pada akhirnya, masing-masing ya tetap masing-masing saja. Kalau debat ditujukan untuk menyalahkan suatu ajaran, hasilnya akan nol. Agama tidak mungkin bisa disalahkan, karena diyakini benar. Tidak ada benchmark yang bisa dipakai untuk menilai kebenaran agama, karena basisnya memang keyakinan. Bahkan ketika terbukti salah pun, agama tetap harus dibenarkan. Kata Weinberg, agama sudah menyiapkan satu set pelindung untuk mengamankannya.
Maka dalam soal agama, saya lebih suka mencoba memahami. Ini termasuk dalam internal Islam sendiri. Saya mencoba memahami orang-orang dari mazhab lain seperti Syiah dan Ahmadiyah. Saya tidak setuju, tapi saya paham. Selebihnya, biarlah mereka begitu. Toh nanti di akhirat mereka akan diadili sendiri, tidak melibatkan kita. Itu kalau kita percaya akhirat.
Saya tidak terlalu peduli soal apa yang diimani orang. Kalau dia menyembah batu, apa ruginya kita? Yang jadi masalah buat saya adalah orang yang merusak dan membinasakan, terlebih bila ia mengimani sesuatu yang sama dengan yang saya imani.
Jadi, kalau trinitas itu aneh buat kita, percayalah, ada banyak keanehan dalam iman kita. Bila kita melihat iman orang lain itu kacau, hal yang sama juga terlihat oleh orang lain dalam iman kita. Bila kita melihat ada banyak hal yang bisa dikritik dengan nalar pada iman orang, maka lebih baik kita mulai mengritik iman kita dengan nalar. Itu memang tidak mudah. Karena memerlukan kejujuran yang paripurna terhadap diri kita sendiri.
Itulah sebabnya banyak orang yang gemas, kenapa saya begitu nyinyir mengritik Islam, tapi tidak pernah atau jarang mengritik agama lain. Lha, buat apa? Saya paham aja tidak soal agama lain. Soal iman saya, saya paham. Saya berhak mengritiknya.
Orang lain boleh keberatan dengan pilihan saya. Yo ben, biar saja. Kan nanti kalau diadili, saya ndak minta Anda bersaksi meringankan saya toh? Kalau saya masuk neraka, saya ndak ngajak kamu toh?
catatan Kang Hasan
5 Artikel terakhir di Blog Semakin Rame
- Anak Nakal Tumbuh dari Orang Tua yang tak Mendidik
- Logika Nikah Muda
- Kualitas Dosen Indonesia
- Sains Tidak Memperhitungkan Tuhan!
- Apa yg Menuntun Manusia Berbuat Kebaikan?